MENGENAL
SEJARAH SENI QIRAAT
Qiraat merupakan cara
memperindah Al-quran
Al-quran adalah pegangan hidup bagi semua
umat Muslim. Di dalamnya tersusun ayat-ayat suci yang berisikan tentang pedoman
untuk meningkatkan iman.
Tak hanya suci, ayat-ayat Al-quran pun sangat
indah. Apalagi, jika dilantunkan dengan lagu yang tepat untuk lebih terdengar
merdu. Inilah yang disebut seni qiraat.
Salah satu ahli qiraat Muammar ZA mengatakan,
qiraat artinya adalah membaca dengan indah. ‘Karena, keindahan suara lantunan
al-quran bisa memperindah al-quran yang sudah indah’ ujarnya
Secara etimologi. Qiraat merupakan mashdar
dari kata kerja yang berarti membaca. Bentuk jamaknya yaitu qiraat. Qiraat
muncul sebagai bentuk pemeliharaan kemurniaan al-quran. Yang pertama kali
melakukan qiraat adalah Rasulullah SAW. Bersama para sabahat. Rasulullah
memelihara hafalan ayat-ayat suci Al-quran dengan memperhatikan tafkhim
(pensyahduan bacaan), tarqiq (pelembutan), ilma (pengejaan), madd (panjang
nada), qasr (pendek nada), tasydid (penebalan nada), dan takhfif (penipisan
nada). Satu hal lagi yang menjadi perhatian adalah lajnah (dialek).
Muammar ZA mengatakan, dari zaman Nabi, umat Muslim sudah diperintahkan untuk membaca Al-quran dengan suara yang indah "Di zaman Nabi, para sahabat suaranya bagus-bagus" ujarnya
Al-quran, menurutnya adalah bahasa arab yang tertinggi, tidak bisa dibandingan atau diubah. Tapi, agar lebih indah lagi saat didengar, melagukan dengan benar perlu dilakukan. Ada hadist yang mengatakan,"Hiasi Al-quran dengan suaramu yang bagus".
Bangun Budiyanto dalam makalah yang ditulisnya "Qiraat dalam Al-quran" menyatakan, asal usul munculnya macam-macam qiraat adalah karena adanya sekelompok orang, para sahabat Nabi, yang berbeda di zaman Rasul menekuni bacaan(qiraat) al-quran, mengajarkan, dan mempelajarinya. Mereka selalu ingin mengetahui ayat-ayat yang diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad, kemudian mengahfalkanya. Terkadang, mereka juga membacakan ayat-ayat itu dihadapan Rasulullah agar disimak.
Sebagian dari para sahabat ini menjadi guru. Orang-orang yang belajar qiraat kepada mereka meriwayatkan dengan menyebutkan sanadnya dan mereka sering menghafalkan qiraat yang diriwayatkan dari seorang guru. Penghafalan dan periwayatan seperti ini memang sesuai untuk masa itu karena tulisan yang digunakan pada waktu itu adalah tulisan kufi. Dalam tulisan ini, satu kata dapat dibaca dengan beberapa cara. Oleh karena itu, cara pembelajarannya harus belajar langsung kepada guru, kemudian menghafalkan, dan meneruskannya pada muridnya.
Selain itu, kebanyakan orang pada waktu itu masih buta huruf. tidak bisa tulis baca dan belum mengenal cara menjaga pelajaran selain menghafal dan meriwayatkan. Cara ini juga terus diikuti dalam masa-masa berikutnya.
Kelompok pertama para qori adalah kalangan sahabat Nabi, yang tekun mengajar dan belajar pada masa hidupnya. Mereka itu, antara lain, Usman, Ali, Ubay bin Ka'b, Zain bin Tsabit, Abdullah bin Mas'ud dan Abu Musa al-Asyari. Para sahabat ini kemudian meneruskan ilmu qiraat ini kepada seluruh kaum muslimin untuk bersama-sama menjaga keaslian al-qur'an.
Karena yang menghafalkannya bukan satu orang saja, sering terjadi perbedaan-perbedaan dalam lantunan nada dan cara membacanya. Qiraat ini berbeda satu dengan yang lainnya karena mereka mengambilnya dari sahabat yang berbeda pula. Perbedaan ini berlanjut pada tingkat tabiin di setiap daerah penyebaran Islam masing-masing.
Hadist riwayat Bukhari Muslim dari Ibnu 'Abbas dan riwayat muslim dari Ubay bin Ka'b menyatakan, memang kemudian qiraat ini muncul menjadi banyak ragamnya. Tapi, dengan adanya qiraat Al-quran yang bermacam-macam tersebut sebenarnya Allah SWT bermaksud memberikan kemudahan bagi Umat Islam yang tidak seluruhnya dapat membaca Al-quran dengan sempurna. Kemudahan tersebut menunjukan Islam dalam hal membaca al-quran dengan bahasa arab tersebut, tidak memberikan beban yang berat bagi ummatnya.
KITAB QIRAAT
Begitu banyaknya jenis qiraat, sehingga seorang imam, Abu Ubaid al-Qasim Ibn Salam, tergerak untuk menjadi orang pertama yang mengumpulkan berbagai qiraat dan menyusunnya dalam satu kitab. Menyusul kemudian, ulama lainnya menyusun berbagai kitab qiraat dengan masing-masing metode penulisan dan kategorisasinya. Demi kemudahan mengenali qiraat yang banyak itu, pengelompokan dan pembagian jenisnya adalah cara yang sering digunakan.
TIGA MACAM
Dari segi jumlah, ada tiga macam qiraat yang terkenal, yaitu qiraat sab;ah, 'asyrah, dan syadzah. Sedangkan Ibn al-Jazari membaginya dari segi kaidah hadis dan kekuatan sanadnya. Akan tetapi, kedua pembagian ini saling terkait satu dengan lainnya. Jenis qiraat yang muncul pertama kali adalah qiraat sab'ah. Qiraat ini telah akrab di dunia akademis sejak abad kedua Hijriyah. Tapi pada masa itu qiraat sab'ah ini belum dikenal secara luas dikalangan umat Islam.
RAGAM IRAMA
Di berbagai wilayah negeri Islam, berkembang aneka ragam seni membaca al-quran. Dalam pelajaran nazam, dikenal berbagai jenis seni membaca al-quran, seperti nahawan, bayati, hijaz, shaba, ras, jiharkah, syika, dan lainnya. Semua jenis lagu atau irama itu tidak ada kaitannya dengan ilmu qiraat sab'ah. Semata-mata hanya seni membaca secara tartil (indah), dan tak ada kaitannya dengan bagaimana melafalkan ayat al-quran.
ahad, 22 Desember 2013. harian Republika
Bangun Budiyanto dalam makalah yang ditulisnya "Qiraat dalam Al-quran" menyatakan, asal usul munculnya macam-macam qiraat adalah karena adanya sekelompok orang, para sahabat Nabi, yang berbeda di zaman Rasul menekuni bacaan(qiraat) al-quran, mengajarkan, dan mempelajarinya. Mereka selalu ingin mengetahui ayat-ayat yang diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad, kemudian mengahfalkanya. Terkadang, mereka juga membacakan ayat-ayat itu dihadapan Rasulullah agar disimak.
Sebagian dari para sahabat ini menjadi guru. Orang-orang yang belajar qiraat kepada mereka meriwayatkan dengan menyebutkan sanadnya dan mereka sering menghafalkan qiraat yang diriwayatkan dari seorang guru. Penghafalan dan periwayatan seperti ini memang sesuai untuk masa itu karena tulisan yang digunakan pada waktu itu adalah tulisan kufi. Dalam tulisan ini, satu kata dapat dibaca dengan beberapa cara. Oleh karena itu, cara pembelajarannya harus belajar langsung kepada guru, kemudian menghafalkan, dan meneruskannya pada muridnya.
Selain itu, kebanyakan orang pada waktu itu masih buta huruf. tidak bisa tulis baca dan belum mengenal cara menjaga pelajaran selain menghafal dan meriwayatkan. Cara ini juga terus diikuti dalam masa-masa berikutnya.
Kelompok pertama para qori adalah kalangan sahabat Nabi, yang tekun mengajar dan belajar pada masa hidupnya. Mereka itu, antara lain, Usman, Ali, Ubay bin Ka'b, Zain bin Tsabit, Abdullah bin Mas'ud dan Abu Musa al-Asyari. Para sahabat ini kemudian meneruskan ilmu qiraat ini kepada seluruh kaum muslimin untuk bersama-sama menjaga keaslian al-qur'an.
Karena yang menghafalkannya bukan satu orang saja, sering terjadi perbedaan-perbedaan dalam lantunan nada dan cara membacanya. Qiraat ini berbeda satu dengan yang lainnya karena mereka mengambilnya dari sahabat yang berbeda pula. Perbedaan ini berlanjut pada tingkat tabiin di setiap daerah penyebaran Islam masing-masing.
Hadist riwayat Bukhari Muslim dari Ibnu 'Abbas dan riwayat muslim dari Ubay bin Ka'b menyatakan, memang kemudian qiraat ini muncul menjadi banyak ragamnya. Tapi, dengan adanya qiraat Al-quran yang bermacam-macam tersebut sebenarnya Allah SWT bermaksud memberikan kemudahan bagi Umat Islam yang tidak seluruhnya dapat membaca Al-quran dengan sempurna. Kemudahan tersebut menunjukan Islam dalam hal membaca al-quran dengan bahasa arab tersebut, tidak memberikan beban yang berat bagi ummatnya.
KITAB QIRAAT
Begitu banyaknya jenis qiraat, sehingga seorang imam, Abu Ubaid al-Qasim Ibn Salam, tergerak untuk menjadi orang pertama yang mengumpulkan berbagai qiraat dan menyusunnya dalam satu kitab. Menyusul kemudian, ulama lainnya menyusun berbagai kitab qiraat dengan masing-masing metode penulisan dan kategorisasinya. Demi kemudahan mengenali qiraat yang banyak itu, pengelompokan dan pembagian jenisnya adalah cara yang sering digunakan.
TIGA MACAM
Dari segi jumlah, ada tiga macam qiraat yang terkenal, yaitu qiraat sab;ah, 'asyrah, dan syadzah. Sedangkan Ibn al-Jazari membaginya dari segi kaidah hadis dan kekuatan sanadnya. Akan tetapi, kedua pembagian ini saling terkait satu dengan lainnya. Jenis qiraat yang muncul pertama kali adalah qiraat sab'ah. Qiraat ini telah akrab di dunia akademis sejak abad kedua Hijriyah. Tapi pada masa itu qiraat sab'ah ini belum dikenal secara luas dikalangan umat Islam.
RAGAM IRAMA
Di berbagai wilayah negeri Islam, berkembang aneka ragam seni membaca al-quran. Dalam pelajaran nazam, dikenal berbagai jenis seni membaca al-quran, seperti nahawan, bayati, hijaz, shaba, ras, jiharkah, syika, dan lainnya. Semua jenis lagu atau irama itu tidak ada kaitannya dengan ilmu qiraat sab'ah. Semata-mata hanya seni membaca secara tartil (indah), dan tak ada kaitannya dengan bagaimana melafalkan ayat al-quran.
ahad, 22 Desember 2013. harian Republika
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
BalasHapus-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE