Kamis, 11 April 2013

SEJARAH SHALAT JUMAT

Shalat jumat diperintahkan seiring dengan perintah shalat lima waktu
" Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah..." qs. al-jumu'ah (62)(9).

   Bagi umat Islam Jum'at adalah hari yang sangat istimewa, berbeda dengan hari lainnya dalam seminggu. Jika nama-nama hari yang lain menunjukan urutan angka. Ahad berarti hari pertama. Itsnain atau Senin adalah hari kedua. Tsulatsa atau Selasa adalah hari ketiga, Arba'a atau Rabu adalah hari keempat, dan Khamis atau Kamis adalah hari kelima, maka Jumat adalah Jumlah dari semuanta.
   Menurut sebagian riwayat, kata jumat diambil dari kata jama'ah yang artinya berkumpul. Yaitu, hari perjumpaan atau hari bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa di Jabal Rahmah. Kata jumat juga bisa  diartikan sebagai waktu berkumpulnya umat Islam untuk melaksanakan kebaikan sehingga tak aneh bila kemudian Allah memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan shalat Jumat untuk merayakan hari istimewa tersebut.
   Perintah shalat Jumat turun seiring dengan turunnya perintah shalat lima waktu. Ketika itu, Rasulullah masih berada di Makkah. Akibatnya Rasulullah tidak langsung melaksanakan perintah tersebut karena kondisi yang tidak memungkinkan di kota itu. Shalat jumat perdana baru dilaksanakan ketika Rasulullah hijrah ke Madinah. Ketika itu, Senin 12 Rabiul Awal 1 Hijriyyah atau 23 September 622 M. Rasulullah dan Abu Bakar As-shidiq menapakkan kaki memasuki desa Quba yang tak jauh dari Madinah. Kedatangan mereka telah ditunggu oleh warga di seluruh kampung. Semua orang berhamburan keluar dari rumah masing-masing ketika mengetahui Rasulullah dan Abu bakar As-shidiq menuju rumah Khubaib bin Yasaf atau Kahrijah bin Zaid di Sunh, sebuah desa yang tak jauh pula dari Madinah.
   Satu atau dua hari kemudian, Ali bin Abi Thalib tiba dari Makkah dan tinggal di rumah yang sama dengan Rasulullah. Rasulullah berdiam di desa Quba selama empat hari, sejak Senin hingga Kamis. Lalu, atas saran Ammar bin Yasir, beliau membangun Masjid Quba. Inilah masjid pertama dalam sejarah Islam. Rasulullah sendiri yang meletakkan batu pertama di kiblat masjid tersebut dan kemudian diikuti oleh Abu Bakar As-shidiq. Lalu diselesaikan beramai-ramai oleh para sahabat lainnya.

   Shalat jumat pertama

  Pada jumat pagi, 16 Rabiul Awal. Rasulullah meninggalkan Quba. Rasulullahdan para sahabat melanjutkan perjalanan ke Madinah. Namun, pada siang hari, mereka berhenti di Lembah Ranuna. diperkampungan Bani Salim bin 'Auf dari suku Khazraj yang masih berada di sekitar Quba. Mereka kemudian melaksanakan shalat Jumat untuk pertama kalinya di tempat itu. Sebelum melaksanakan shalat Jumat, Rasulullah menyampaikan khutbah di depan ratusan jamaah.
   Meski 16 Rabiul Awal dianggap sebagai hari dilaksanakannya shalat perdana namun sejumlah riwayat mengungkapkan bahwa sebelum hari itu, shalat jumat pernah dilaksanakan oleh umat Islam. Namun, shalat jumat itu dipinpin oleh Rasulullah, melainkan As'ad bin Zurarah. Fakta tersebut dikisahkan dalam hadist yang diungkapkan oleh Qutaibah bin Sa'id. Qutaibah menyatakan, setiap kali Ka'ab bin Malik mendengar azan hari jumat, dia akan memohonkan rahmat untuk As'ad bin Zurarah.
   "Lantas, aku bertanya kepadanya. Mengapa Anda memohonkan rahmat untuk As'ad bin Zurarah setiap kali mendengar azan jumat ?" Ka'ab pun menjawab, "As'ad adalah orang yang pertama kali melaksanakan shalat jumat di tengah-tengah kami di Hazmin-nabit, yang terletak di Bani Bayadhah di Baqi', yaitu Naqi'ul Khadhamat,"
    Qutaibah bertanya lagi,"Berpakah jumlah kalian ketika itu?" Ka'ab menjawab, "Empat puluh orang."
As'ad dikisahkan mengetahui bahwa perintah untuk melaksanakan shalat jumat sampai kepada Rasulullah. Kabar tersebut tersiar ke Madinah, tempat dia berada. Hal inilah yang menjadi dasar baginya untuk melaksanakan shalat jumat. Sementara, Rasulullah tidak mungkin melaksanakan shalat jumat berjamaah di tengah kondisi Makkah yang tidak kondusif bagi dirinya dan kaum muslim lainnya. Karena itu, Rasulullah baru bisa melaksanakan shalat jumat ketika beliau hijrah di Madinah.
    Setiap hari jumat, Muslim di desa tempat tinggal As'ad akan menuju rumahnya dan berkumpul disana. Mereka lalu menyelenggarakan shalat dua rakaat. Setelah itu, As'ad memotong kambing untuk di makan bersama.
harian republika, ahad 11 November 2012, fitria andayani, laporan utama-islam digest.

Kamis, 04 April 2013

MULIAKAN SELALU PARA GURU

Sikap tunduk murid kepada guru merupakan keuliaan dan kehormatan banginya.

Ilmu amat tinggi kedudukannya di dalam Islam. Demikian pula mereka yang mengajarkan dan menyebarkannya. Tak sedikit orang pandai, namun banyak yang lupa kepada guru yang sudah mengajarkannya, seolah-olah kepandaian dan kekayaan ilmunya menjadi dengan sendirinya tanpa sentuhan dan do'a para guru, "Islam sangat menganjurkan agar umatnya menghormati para ulama dan guru-guru mereka," jelas ketua Pelaksana Majelis Azzikra, Ustaz Abdul Syukur Yusuf, kepada republika(selasa, 23/3). 


Dia mengatakan Syekh az-Zarnuji dalam kitab ta'lim Muta'allim menjelaskan bagaimana cara menghormati guru, di antaranya tidak boleh berjalan di depan gurunya, tidak duduk di tempat yang diduduki gurunya, bila dihadapan gurunya tidak memulai pembicaraan kecuali atas izinnya.
"Ini hanya contoh, tidak mutlak seperti itu," jelasnya. Banyak cara menunjukan kecintaan atau penghormatan kepada guru.

Yang paling penting, menurutnya adalah rendah diri. Murid harus berendah diri atau tawaddu. Ilmu tidak akan dapat diperoleh secara sempurna kecuali dengan diiringi sifat tawaddu murid terhadap gurunya. Keridhaan guru terhadap murid akan membantu proses penyerapan ilmu. Tawaddu murid terhadap guru merupakan cermin ketinggian sifat mulia si murid. Sikap tunduk murid kepada guru merupakan kemuliaan dan kehormatan baginya.

Perilaku para sahabat, yang memperoleh pendidikan langsung dari Rasulullah SAW, patut dijadikan contoh. Ibnu Abbas, sahabat mulia yang amat dekat dengan Rasulullah mempersilahkan Zaid bin Tsabit untuk naik di atas kendaraannya, sedangkan ia sendiri yang menuntunnya, "Beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan ulama kami,: ucap Ibnu Abbas.

Para generasi salaf sangat hormat terhadap ulama mereka. Terhadap Said bin Musayyib, fakih tabi'in, orang-orang tidak akan bertanya sesuatu kepadany kecuali meminta izin terlebih dahulu, seperti layaknya seseorang yang sedang berhadapan dengan khalifah.
Pengasuh pondok pesantren, Denanyar, Jombang Jawa Timur, HK Aziz Masyhuri meminta agar para pencari ilmu menghormati guru mereka. Guru adalah perantara utama tersalurkannya ilmu. Tunaikan hak-hak mereka, jaga etika bertanya. Adab bertanya kepada guru penting diperhatian. Mengajukan pertanyaan kepada guru hendaknya tidak dimaksudkan untuk mengusili atau mengerjai sang guru, "ini sangat tidak etis," katanya

Termasuk adab dan penghormatan terhadap guru. ungkapnya. ialah menutupi menutupi aib. Laksanakan perintah guru, selama ia tidak bertentangan dengan rambu-rambu yang digarikan oleh Allah SWT. Ia menukilkan kisah dari Imam Syafi'i
Konon, pendiri Mazhab Syafi'i itu sangat hormat terhadap para guruya. Satu di antaranya ialah Imam Malik. Dikisahkan, pencetus Mazhab Syafi'i itu selalu berhati-hati membuka lembaran kitab jika berada di depan sang guru, Imam Malik. "Aku tidak ingin membuat terusik dengan gesekan kertas," kata Imam Syafi'i
disalin dari harian republik,jumat, 28 Maret 2013/16 Jumadil Awal 1434.

Rabu, 03 April 2013

PENTINGNYA ETIKA SELAMA BELAJAR

Jangan kira ilmu itu berdiri sendiri, selama Penciptanya tak dihadapi dengan etika


Syekh Aiman Sami menulis risalah sederhana. Sebuah catatan yang ia tujukan untuk para pencari ilmu. Kumpulan pesan ringkas namun padat itu ia tulis dengan tajuk "Risalah ila Thalib al-ilmi". Tugas yang diemban oleh para pencari ilmu sangat mulia dan terhormat. Dengan ilmu yang diperoleh pada hakikatnya akan mengantarkan mereka terhadap pengakuan yang kuat atas eksistensi Allah SWT.

"Allah menyatakan habwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah). Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah) Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." qs.ali imran (3):18.

Dengan ilmu yang diperoleh, derajat mereka akan terangkat. Ini seperti ditegaskan di surah az-zumar ayat 9 dan mujadilah ayat 11. Para malaikat pun, seperti tertuang di hadis riwayat Abu ad-Darda, akan memberikan restu dan pertolongan bagi para pencari ilmu.

Ali bin Abi Thalib RA pernah berbagi petuah bijak pada Kamil bin Ziyad. Menantu Rasulullah tersebut menegaskan kepada Kamil. Ingatlah bahwa ilmu itu lebih berhaga dari harta. Ilmu akan menjagamu, sementara engkau menjaga harta itu. Ilmu akan berkuasa, padahal harta sering engkau kuasai. Dan harta akan berkurang dengan dibelanjakan, sementara ilmu makin bertambah jika sering disalurkan (diajakan kepada orang lain)

Namun kini, sebut syekh Aiman, ada spirit yang nampak hilang dari para pencari ilmu. Di dunia pendidikan, roh itu kian tersingkir ditengah gegap gempita materialisme. Menuntut ilmu hanya dianggap ritual biasa. Berangkat ke sekolah, belajar, menelaah pelajaran, lalu kembali ke rumah untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah. Begitu setiap hari.

Aktivitas itu kian hampa nilai. Padahal menuntut ilmu adalah risalah yang luar biasa. Terkadang nilai yang sangat berharga. Belajar tak sekedar membaca dan mentarnsfer ilmu. Menimba ilmu adalah misi universal untuk segenap alam semesta dan Sang Pencipta.

Persoalan paling krusial, ungkapnya, menukil pernyataan Abdullah ibn al-Mubarok, yaitu perihal ketidaksesuaian antara ilmu yang diperoleh  dan praktek. Ibn al-Mubarak pernah bercerita, suatu ketika, ia mencari ilmu lalu mendapatkan potongan kecil darinya, tetapi ketika ia hendak menelusuri etika, ternyata sedikit sekali yang berhias dengan adab. "Nyaris punah sama sekali," katanya, tokoh terkemuka generasi salaf itu.
Kesesuaian antara ilmu dan amal adalah hal mutlak yang penting digarisbawahi oleh para pencari ilmu.

Syekh Aiman menengarai, serangkaian etika menuntut ilmu tak lagi diperhatikan. Adab paling utama yang terlupakan itu ialah pentingnya penekanan niat. Orientasi mencari ilmu mesti dilandasi atas semangat ibadah dan mengabdian untuk-Nya. Sekolah ataupun kuliah bukan cuma diniati untuk mendapat pekerjaan. Terkadang, memang pragmatisme hidup mendorong tak sedikit kalangan pendek pikiran.

Segala sesuatu itu tergantung niat, titah Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Umar bin Khattab, Membersihkan niatan duniawi memang tidak mudah. Perlu usaha keras dari yang bersangkutan. Tetapi, ini akan sebanding dengan hasil yang akan dicapai. Dua kebajikan sekaligus akan dicapai, bila niat belajar diikhlaskan untuk-Nya, yakni kebaikan beribadah dan ganjaan mencari ilmu."Tak ada yang lebih sulit bagiku ketimbang meluuruskan niat," ujar tokoh generasi salaf, Sufyanats-Tsauri.

Siap dengan segala keterbatasan. Terbatas ongkos dan uang jajan, misalnya. Seorang pencari ilmu idealnya terbiasa hidup prihatin. Tidak bergaya hidup mewah. Berapa pun bekal materi yang ia kantongi, hendaknya dipergunakan secukupnya. Justru, mereka yang berkecukupan biaya dan ongkos faktanya kerap kesulitan menerima ilmu. Murid-murid berprestasi malahan banyak bermunculan dari keluarga yang sederhana, bahkan serba kekurangan. "Ilmu hanya akan diraih berkat sabar dan keprihatinan." petuah inisiator Mazhab Maliki, Imam Malik.

Hormatilah guru. Guru adalah perantara utama tersalurkannya ilmu. Tunaikan hak-hak mrreka. Jaga etika bertanya, hindari mengumbar kekurangannya, dan taati perintah selama dalam kebajikan dan tidak bermaksiat kepada-Nya. Imam Syafi'i mencontohkan bagaimana bersikap terhadap guru, seperti yang ditunjukkannya dihadapan Imam Malik. Konon, pencentus Mazhab Syafi'i itu selalu berhati-hati membuka lembaran kitab jika berada di depan sang guru, Imam Malik. "Aku tidak ingin membuatnya terusik dengan gesekan kerta," kata syafi'i

Maksimalkan waktu yang dimiliki sebaik mungkin untuk eksplorasi ilmu. Tidak menyia-nyiakan waktu untuk aktivitas yang kurang atau bahkan tidak bermanfaat sama sekali. Tengok ke sekeliling Anda. Sepulang sekolah atau tidak jarang saat jam pelajaran, banyak pelajar nongkrong tidak karuan dipinggir jalan atau dipusat-pusat perbelanjaan. Bagi generasi salaf, tak sedikit pun waktu disia-siakan. Ar-Rabi' pernah bertutur bagaimana komitmen Imam Syafi'i saat mencari ilmu. "Tak pernah aku pergoki Imam Syafi'i makan di siang hari dan tidur lelap kala matahari menghilang." tutur ar-Rabi'.
disalin kembali dari harian republika kamis, 28 maret 2013/16 Jumadil Awal 1434 H 

SALING MENASIHATI SESAMA KITA

Nabi bersabda: "Malaikat Jibril selalu memberitahuku 7 hal setiap kali menyampaikan firman Allah sehingga 7 hal tersebut kuanggap sangat penting atau hampir wajib"
- berbuat baik pada tetangga, jangan sekali-kali menceraikan istri (rawatlah wanita secara baik), jangan terlalu keras dengan budak atau buruh, jangan lupa bersiwak (membersihakan mulut) sholat 2 rakaat dengan bersiwak lebih besar pahalanya daripada sholat 70 rakaat tanpa bersiwak terlebih dulu, jangan lupa shalat berjamaah Nabi beranggapan bahwa shalat tidak sah jika tidak berjamaah, selalu shalat malam, selalu berzikir kepada Allah, tidak bermanfaat suatu pembicaraan jika tidak dibarengi dengan dzikir(ingat) kepada Allah.

Nabi bersabda:"Allah menyukai seseorang orang karena 3 perkara,"-Orang yang punya kekuatan/kekuasaan yang digunakan untuk taat kepada Alalah, misalnya waktu kita masih sehat, memiliki waktu luang sebaiknya dimanfaatkan untuk beribadah. - Orang yang menangis dan menyesal setelah berbuat maksiat. - Orang yang sabar ketika miskin orang miskin itu memiliki 3 perhiasan : tidak minta-minta(bekerja sendiri), syukur saat mendapat nikmat, sabar saat tertimpa musibah. Nabi mengatakan : Bingkisan yang paling berharga bagi orang mukmin adalah fakir, orang fakir yang sabar akan masuk syurga dengan lebih mudah dan ketika di syurga akan bersanding dengan Nabi besar Muhammad SAW.

Nabi bersabda : "Nanti di hari kiamat Allah tidak akan melihat (kasihan) terhadap 7 orang(golongan). Mereka akan dimasukan ke neraka." - Orang yang suka sesama jenis seperti kaum Nabi Luth, - Orang yang menikah dengan tangannya sendiri-berbuat sendiri untuk mendapat kepuasan, - Orang yang mengumpulkan kuda, - Orang yang mengumpulkan istrinya lewat jalan belakang, - Orang yang mengumpuli anaknya sendiri, - Orang yang mengumpulkan istri orang lain, - Orang yang menyakiti tetangganya.

Nabi bersabda: " Aku melaknat terhadap 6 golongan."- Orang yang menambah-nambah kitab Allah, - Orang yang tidak percaya terhadap kepastian Allah, - Raja/penguasa yang berbuat sewenang-wenang yang slah dibuat benar, yang benar disalahkan atau mengangkat orang yang dicela Allah (korupsi dan kolusi), - Orang yang menghalalkan barang di tanah Haram (Mekah),- Orang yang menghalalkan yang diharamkan  oleh Allah, - Orang yang berpaling dari jalannya Nabi Muhammad SAW.