Rabu, 03 April 2013

PENTINGNYA ETIKA SELAMA BELAJAR

Jangan kira ilmu itu berdiri sendiri, selama Penciptanya tak dihadapi dengan etika


Syekh Aiman Sami menulis risalah sederhana. Sebuah catatan yang ia tujukan untuk para pencari ilmu. Kumpulan pesan ringkas namun padat itu ia tulis dengan tajuk "Risalah ila Thalib al-ilmi". Tugas yang diemban oleh para pencari ilmu sangat mulia dan terhormat. Dengan ilmu yang diperoleh pada hakikatnya akan mengantarkan mereka terhadap pengakuan yang kuat atas eksistensi Allah SWT.

"Allah menyatakan habwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah). Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah) Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." qs.ali imran (3):18.

Dengan ilmu yang diperoleh, derajat mereka akan terangkat. Ini seperti ditegaskan di surah az-zumar ayat 9 dan mujadilah ayat 11. Para malaikat pun, seperti tertuang di hadis riwayat Abu ad-Darda, akan memberikan restu dan pertolongan bagi para pencari ilmu.

Ali bin Abi Thalib RA pernah berbagi petuah bijak pada Kamil bin Ziyad. Menantu Rasulullah tersebut menegaskan kepada Kamil. Ingatlah bahwa ilmu itu lebih berhaga dari harta. Ilmu akan menjagamu, sementara engkau menjaga harta itu. Ilmu akan berkuasa, padahal harta sering engkau kuasai. Dan harta akan berkurang dengan dibelanjakan, sementara ilmu makin bertambah jika sering disalurkan (diajakan kepada orang lain)

Namun kini, sebut syekh Aiman, ada spirit yang nampak hilang dari para pencari ilmu. Di dunia pendidikan, roh itu kian tersingkir ditengah gegap gempita materialisme. Menuntut ilmu hanya dianggap ritual biasa. Berangkat ke sekolah, belajar, menelaah pelajaran, lalu kembali ke rumah untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah. Begitu setiap hari.

Aktivitas itu kian hampa nilai. Padahal menuntut ilmu adalah risalah yang luar biasa. Terkadang nilai yang sangat berharga. Belajar tak sekedar membaca dan mentarnsfer ilmu. Menimba ilmu adalah misi universal untuk segenap alam semesta dan Sang Pencipta.

Persoalan paling krusial, ungkapnya, menukil pernyataan Abdullah ibn al-Mubarok, yaitu perihal ketidaksesuaian antara ilmu yang diperoleh  dan praktek. Ibn al-Mubarak pernah bercerita, suatu ketika, ia mencari ilmu lalu mendapatkan potongan kecil darinya, tetapi ketika ia hendak menelusuri etika, ternyata sedikit sekali yang berhias dengan adab. "Nyaris punah sama sekali," katanya, tokoh terkemuka generasi salaf itu.
Kesesuaian antara ilmu dan amal adalah hal mutlak yang penting digarisbawahi oleh para pencari ilmu.

Syekh Aiman menengarai, serangkaian etika menuntut ilmu tak lagi diperhatikan. Adab paling utama yang terlupakan itu ialah pentingnya penekanan niat. Orientasi mencari ilmu mesti dilandasi atas semangat ibadah dan mengabdian untuk-Nya. Sekolah ataupun kuliah bukan cuma diniati untuk mendapat pekerjaan. Terkadang, memang pragmatisme hidup mendorong tak sedikit kalangan pendek pikiran.

Segala sesuatu itu tergantung niat, titah Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Umar bin Khattab, Membersihkan niatan duniawi memang tidak mudah. Perlu usaha keras dari yang bersangkutan. Tetapi, ini akan sebanding dengan hasil yang akan dicapai. Dua kebajikan sekaligus akan dicapai, bila niat belajar diikhlaskan untuk-Nya, yakni kebaikan beribadah dan ganjaan mencari ilmu."Tak ada yang lebih sulit bagiku ketimbang meluuruskan niat," ujar tokoh generasi salaf, Sufyanats-Tsauri.

Siap dengan segala keterbatasan. Terbatas ongkos dan uang jajan, misalnya. Seorang pencari ilmu idealnya terbiasa hidup prihatin. Tidak bergaya hidup mewah. Berapa pun bekal materi yang ia kantongi, hendaknya dipergunakan secukupnya. Justru, mereka yang berkecukupan biaya dan ongkos faktanya kerap kesulitan menerima ilmu. Murid-murid berprestasi malahan banyak bermunculan dari keluarga yang sederhana, bahkan serba kekurangan. "Ilmu hanya akan diraih berkat sabar dan keprihatinan." petuah inisiator Mazhab Maliki, Imam Malik.

Hormatilah guru. Guru adalah perantara utama tersalurkannya ilmu. Tunaikan hak-hak mrreka. Jaga etika bertanya, hindari mengumbar kekurangannya, dan taati perintah selama dalam kebajikan dan tidak bermaksiat kepada-Nya. Imam Syafi'i mencontohkan bagaimana bersikap terhadap guru, seperti yang ditunjukkannya dihadapan Imam Malik. Konon, pencentus Mazhab Syafi'i itu selalu berhati-hati membuka lembaran kitab jika berada di depan sang guru, Imam Malik. "Aku tidak ingin membuatnya terusik dengan gesekan kerta," kata syafi'i

Maksimalkan waktu yang dimiliki sebaik mungkin untuk eksplorasi ilmu. Tidak menyia-nyiakan waktu untuk aktivitas yang kurang atau bahkan tidak bermanfaat sama sekali. Tengok ke sekeliling Anda. Sepulang sekolah atau tidak jarang saat jam pelajaran, banyak pelajar nongkrong tidak karuan dipinggir jalan atau dipusat-pusat perbelanjaan. Bagi generasi salaf, tak sedikit pun waktu disia-siakan. Ar-Rabi' pernah bertutur bagaimana komitmen Imam Syafi'i saat mencari ilmu. "Tak pernah aku pergoki Imam Syafi'i makan di siang hari dan tidur lelap kala matahari menghilang." tutur ar-Rabi'.
disalin kembali dari harian republika kamis, 28 maret 2013/16 Jumadil Awal 1434 H 

1 komentar:

  1. QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE

    BalasHapus